Bismillahirrahmanirrahim...
Marilah kita beristighfar sebentar... ASTAGHFIRULLAHAL'AZIM X3
Assalamualaikum w.b.t,
Alhamdulillah atas izin dan rahmatnya marilah kita sama2 merenung dan bersyukur atas segala nikmat yg telah diberikan kpd kita sama ada secara langsung atau tidak, sama ada kita sedari atau tidak. InsyaAllah kita seharusnya merasa hina dan rendah diri apabila kita menyedari betapa bergantungnya kita kepada Allah dalam SETIAP aspek dalam kehidupan kita. Penulis ingin mengajak pembaca-pembaca sekalian untuk merasa selalu diawasi oleh Allah iaitu muraqabah dalam kehidupan kita sehari-hari.
InsyaAllah untuk entry kali ini penulis terbuka hati untuk menulis sepengetahuan diri seputar keikhlasan. Mungkin ini merupakan topik yang popular dikalangan masyarakat dan para petugas kader dakwah tetapi niat merupakan salah satu pilar utama untuk diterimanya suatu amal itu, yang bakal mendefinisikan amal itu sendiri. Ini telah disabdakan oleh nabi junjungan kita Muhammad S.A.W dalam Hadith Arba’in, Hadith yang pertama yang berbunyi
Dari Amirul Mu’minin, Abi Hafs Umar bin Al Khattab radiallahuanhudia berkata: Saya mendengar Rasulullah S.A.W bersabda:
“Hanya segala amal dengan niat dan hanya bagi tiap-tiap seorang apa yang ia niatkan. Maka barangsiapa yang hijrahnya karena (ingin mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya karena dunia yang dikehendakinya atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkan.”
Diriwayatkan hadith ini oleh dua orang Imam hadith iaitu Abu Abdullah Muhammad Ibn Ismail Ibn Ibrahim Ibn Al-Mughirah Ibn Bardizbah al-Bukhari dan Abu al-Hussain Muslim Ibn al-Hajjaj Ibn Muslim al-Qusyairi al-Naisaburi dalam kitab sahih keduanya iaitu kitab yang amat sahih di antara segala kitab yang pernah disusunkan.
Peranan niat dalam perlaksanaan suatu amal adalah sangat esensial dan penting dalam rangka penerimaan amal-amal tersebut oleh Allah SWT. Misalnya, mandi dan makan merupakan fitrah kegiatan seorang manusia tiap-tiap hari. Dimana, jika seseorang itu tidak meniatkan mandi dan makannya itu sebagai ibadah kepada Allah SWT, sebagai suatu medium untuk membersihkan diri dan mendapat tenaga untuk kembali segar beribadah kepada Allah, maka itu akan hanya menjadi rutinitas kehidupan sahaja tanpa mendapat ganjaran pahala dari sisi Allah SWT.
Berkenaan dengan mendekatkan diri kita kepada Allah, seseorang itu haruslah memeriksa niatnya yang ingin berubah itu. Sama ada direlakan atau dipaksakan, sama ada secara natural atau hanya ikut-ikutan semata-mata, periksalah niatnya semula.
Ibn Qayyim al-Jauziyah meletakkan pemeriksaan niat itu di tiga tempat iaitu
1. sebelum melakukan suatu amal
2. ketika melakukan suatu amal
3. sesudah melakukan suatu amal
Sahabat Abi Hurairah ra berkata, bahwa Rasulullah saw telah bersabda: "Sesungguhnya Allah swt tidak melihat (menilai) bentuk tubuh serta kemolekan wajahmu, tetapi Allah melihat (menilai) keikhlasan hatimu." (HR. Bukhari dan Muslim).
Penulis teringatkan sebuah kisah yang sering kita dengar apabila membicarakan tentang keikhlasan. Kisah ini ditulis oleh Imam al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumuddin.